Isu dunia pendidikan
Semua orang terhenyak, ketika berita menggambarkan hasil reformasi yang didambakan lebih memiliki harapan, ternyata justru sebaliknya. Suka tidak suka fakta disekitar kita selalu menyajikan peran antagonis, sandiwara, ketidak adilan, ketidakberdayaan, kemiskinan, kesenjangan sosial, kekerasan dan bahkan narkoba (menghindar atau mati konyol).
Dunia pendidikan yang menjadi tiang pancang bangunan kemanusiaan-berbangsa pun tak kuasa membendung induksi demokrasi. Semua pencetus selalu mengelak dari kenyataan, seolah keadaan ini disebabkan oleh era lain, bahkan sampai menyalahkan adat, kultur-budaya bangsa sendiri yang sudah lama tertata rapi.
Cendekiawan terlanjur malu, memilih diam seribu basa-dari pada menjadi bulan-bulanan masyarakat yang tak habisnya dilanda eforia, yang akhirnya mengkristal membelah dan bangsa ini dipimpin oleh metamorfosa-metamorfosa dengan membawa banyak perubahan?
Kita dibawa ke rimba raya, mendambakan SINGA sebagai satriya piningit... padahal Raja Rimba sesungguhnya ternyata bukanlah SINGA tetapi HYNE, yang dengan mempelajari isu strategis “singa ngantuk ketika wareg” membunuh generasi muda singa, “nampel puluk si singa”. Tetapi Hyne tak akan bertahan hidup tanpa singa sehingga butuh MoU (em-o-yu) dan nampaklah preman seperti Raja di rimba raya?
Ibu (pertiwi) menangis dan bermohon kau guru yang gagah perkasa lagi pemberani...
Perkembangan sekolah (RSBI) belum seperti yang didambakan?
Banyak masalah yang dihadapi, mulai SDM, sarana-prasarana, networking, bahasa internasional,teknologi informasi sampai leadership, secara teori hal ini dapat diatasi: melalui evaluasi diri, analisa swot, analisa gaps dan lainnya. Akan tetapi yang paling jitu adalah dengan kegagahan, keperkasaan serta keberanian kita (guru). Benang merah sudah ditarik lurus dengan blue print pendidikan atau rencana strategis pendidikan, tetapi kita semua dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi penyelenggara pendidikan sangat sering mengingkari benang merah yang sudah menjadi komitmen.
Ada satu hal yang menyebabkan kita (guru) tidak berdaya dalam pencapaian tujuan sekolah dan menjadi pokok permasalahan terhambatnya pencapaian sasaran (mutu) di sekolah yaitu S Y S T E M.
S Y S T E M, bukan batu, tidak kasat mata, bukan duri, tidak bisa diraba, tetapi semua sadar merasakan. Dan mereka mengetahui, memahami tetapi mereka tak berdaya menghadapinya . (Inggih namung Gusti Pengeran ingkang mangertosi).
Entah dari mana dulu sistem ini menjadi akar dan membudaya dan berlaku menyentuh semua sudut komunitas, institusi masyarakat kita. Kita harus tetap bangga menjadi Indonesia, semakin Indonesia. Sekolah (RSBI) yang sudah berlangsung lebih dari 5 tahun belum seperti yang didambakan oleh semua pihak, bahkan kadang seperti sebaliknya. Pemerintah dengan segala konsekwensi telah memberikan bantuan luar biasa demi tercapainya mutu pendidikan seperti yang didambakan oleh masyarakat bangsa ini dan hasilnya... adalah seperti terlihat pada tahun 2012.